A.
Definisi Konflik dan Kebudayaan
Konflik
berasal dari kata kerja latin configure, yang berarti saling memukul, yang
dimaksud dengan konflik sosial adalah salah satu bentuk interaksi sosial antara
satu pihak dengan pihak lain didalam masyarakat yang ditandai dengan adanya
sikap saling mengancam, menekan, hingga saling menghancurkan.
Menurut
Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan
sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya
keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau
lebih pihak secara berterusan.
Menurut
Berstein (1965), Menurut Berstein, konflik merupakan suatu pertentangan atau
perbedaan yang tidak dapat dicegah. Konflik ini mempunyai potensi yang
memberikan pengaruh positif dan negatif dalam interaksi manusia.
Dari
berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa konflik berlangsung dengan
melibatkan orang-orang atau kelompok-kelompok yang saling menentang dengan
ancaman kekerasan. Dalam bentuk ekstrimnya, konflik dilangsungkan tidak hanya
sekedar untuk mempertahankan hidup dan eksistensi. Konflik juga bertujuan
sampai tahap pembinasaan eksistensi orang atau kelompok lain yang dipandang
sebagai lawan atau saingannya.
Kebudayaan
atau Culture berasal dari bahasa latin Colore yang artinya pemeliharaan,
pengolahan tanah menjadi tanah pertanian. Sedangkan kebudayaan, akar katanya
berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Buddayah yang berarti budhi atau akal.
Dengan kata lain kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Melville
J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan istilah
Cultural-Determinism yaitu, segala sesuatu yang ada di masyarakat ditentukan
oleh kebudayaan masyarakat itu sendiri. Herskovits memandang kebudayaan sebagai
sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang
kemudian disebut sebagai superorganic. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan
Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat.
Dari
berbagai definisi, diperoleh pengertian tentang kebudayaan yaitu sesuatu yang
akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan
itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang
diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan
benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan
hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain yang kesemuanya ditujukan
untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
B.
Indikator Konflik
Menurut
Nasikun, ada beberapa indikator yang bisa digunakan untuk menilai intensitas
konflik, khususnya yang terjadi di indonesia, antara lain sebagai berikut:
*
Demontrasi, yang dimaksud dengan demonstrasi
disini adalah sejumlah orang yang tidak menggunakan kekerasan mengorganisir
untuk melakukan protes terhadap suatu rezim pemerintahan atau terhadap
pimpinan, atau terhadap ideologi, kebijaksanaan, tindakan yang sedang
direncanakan rezim.
*
Kerusuhan, pada dasarnya sama dengan
demonstrasi. Perbedaannya adalah kerusuhan menggunakan kekerasan fisik, yang
diikuti dengan perusakan barang-barang, perbedaan lainya adalah kerusuhan
ditandai oleh spontanitas sebagai suatu
akibat dari suatu insiden.
*
Serangan bersenjata, yaitu suatu
tindakan kekerasan yang dimaksudkan untuk melemahkan atau menghancurkan
kekuasaan kelompok lain.
*
Indikator yang berhubungan atau akibiat
dari kerusuhan, serangan bersenjata, demonstrasi, indikator tersebut adalah
jumlah kematian akibat kekerasaan.
*
Govermental sanction, adalah suatu
tindakan yang dilakukan oleh penguasa untuk meniadakan suatu ancaman terhadap
keamanan pemerintahan, rezim yang berkuasa.
C.
Teori-teori Penyebab Konflik
Ada
beberapa teori penyebab konflik berikut ini akan dipaparkan beberapa teori
tentang penyebab konflik.
a.
Teori Hubungan Masyarakat
Menganggap
bahwa konflik disebabkan polarisasi yang terus terjadi, ketidak percayaan dan
permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat.
b.
Teori Negosiasi Prinsip
Menganggap
bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan perbedaan
pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalamai konflik.
c.
Teori Kebutuhan Manusia
Berasumsi
bahwa konflik yang berakar dalam disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia fisik,
mental dan sosial yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Keamanan, identitas,
pengakuan, partisipasi, dan otonomi sering merupakan inti pembicaraan.
d.
Teori Identitas
Berasumsi
bahwa konflik disebabkan karena identitas yang terancam, yang sering berakar
pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak diselesaikan.
e.
Teori Kesalahpahaman Antarbudaya
Berasumsi
bahwa konflik disebabkan oleh ketidakcocokan dalam cara-cara komunikasi di
antara berbagai budaya yang berbeda.
f.
Teori Transformasi Konflik
Berasumsi
bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan
yang muncul sebagai masalah-masalah sosial, budaya dan ekonomi.
D.
Faktor-faktor Penyebab Konflik
a) Perbedaan
individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan
Setiap
manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan
perasaan yang berbeda-beda satu dengan yang lainya. Perbedaan pendirian dan
perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor
penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalin hubungan sosial, seseorang tidak
selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya ketika berlangsung pentas musik di
lingkungan pemukiman tentu perasaan setiap warga berbeda-beda. Ada yang merasa
terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
b) Perbedaan
latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda
Seseorang
sedikitnya akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian
kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan
menghasilkan perbedaan individu yang dapat memiicu konflik.
c) Perbedaan
kepentingan antara individu atau kelompok manusia memiliki perasaan, pendirian
maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda.
Dalam
waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan
yang berbeda-beda. Kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk
tujuan yang berbeda-beda.
Perbedaan
latar belakang kebudayaan terdiri dari banyak sebab, baik secara budaya, latar
belakang keluarga, pendidikan dan sebagainya. Perbedaan tersebut akan
berpengaruh karna dapat membentuk kepribadian yang berbeda.
d) Perubahan-perubahan
nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan
adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi perubahan itu berlangsung
cepat dan bahkan mendadak, perubahan tersebut dapatmemicu terjadinya konflik
sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses
industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai
lama di masyarakat tradisisonal yang biasanya bercorak pertanian secara cepat
berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri.
Nilai-nilai
kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktuaral yang disusun dalam organisasi
formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan
nilai-nilai tentang pemanfaatan wktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi
pembagian waktu yang tegas sseperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia
industri.
Perubahan-perubahan
ini terjadi secara cepat dan mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses
sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk
perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah
ada.
E.
Jenis-jenis Konflik
Indonesia
adalah salah satu negara yang berpotensi konflik. Dilihat dari berita-berita di
media massa, berbagai konflik terjadi di Indonesia. Konflik dalam masyarakat
dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam yaitu:
1. Berdasarkan
Sifatnya
a. Konflik
destruktif
Merupakan
konflik yang membawa akibat kurang menguntungkan bagi pihak yang berkonflik.
Konflik destruktif dapat mengakibatkan hilangnya nyawa, harta benda, persaingan,
perasaan cemas dan sebagainya. Konflik destruktif dapat terjadi karena perasaan
tidak senang atau benci. Contoh konflik destruktif adalah konflik di Sambas.
b. Konflik
konstruktif
Adalah
suatu konflik yang terjadi karena adanyaperbedaan pendapat dalam menghadapi
suatu masalah. Konflik konstruktif mampu membawa ke arah keuntungan dan akibat
yang membangun, konflik ini bersifat fungsional. Hasil dari konflik konstruktif
diantaranya menghasilkan suatu konsesus atau kesepakatan dari perbedaan
tersebut sehingga dapat menghasilkan suatu perbaikan. Contoh konflik
konstruktif adalah perbedaan pendapat dalam rapat. Konflik konstruktifdapat
menghasilkan keuntungan diantaranya meningkatkan inisiatif dan kreatifitas, dan
surutnya ketegangan pribadi.
2. Berdasarkan
Posisi Pelaku yang Berkonflik
a. Konflik
vertikal
Konflik
vertikal adalah konflik yag terjadi antara lapisan dan komponen masyarakat yang
berbeda atau bertingkat. Misalnya seperti konflik masyarakat dengan negara
seperti yang terjadi antara pemerintah dengan rakyat, buruh dengan majikan,
konflik aceh dan sebagainya.
b. Konflik
horizontal
Merupakan
konflik yang terjadi dalam satu lapisan sosial yang sama. Konflik horizontal
misalnya konflik yang terjadi antarsuku bangsa, antarras, antaragama,
antargolongan seperti yang terjadi di Papua, Poso dan sebagainya. Konflik ini
terjadi karena para pelaku yang berkonflik kedudukannya sama, tidak ada yang
lebih tinggi atau lebih rendah
c. Konflik
diagonal
Konflik
diagonal merupakan konflik yang terjadi kerena adanya ketidak adilan alokasi
sumber daya keseluruhan organisasi sehingga dapat menimbulkan pertentangan yang
ekstrim. Misalnya pertentangan atau konflik di Aceh.
3. Berdasarkan
Sifat Pelaku yang Berkonflik
a. Konflik
terbuka, yaitu konflik yang diketahui oleh semua pihak, misalnya konflik yang
dialami para artis.
b. Konflik
tertutup, merupakan konflik yang hanya diketahui oleh orang-orang atau
kelompok yang terlibat dalam konflik.
4. Berdasarkan
Konsentrasi Aktivitas Manusia
a. Konflik
sosial
Yaitu
konflik yang sering terjadi akibat adanya perbedaan kepentingan sosial dari
pihak yang berkonflik. Konflik sosial dibagi menjadi dua, yaitu:
*
Konflik vertikal, yaitu konflik yang
terjadi antara lapisan sosial yang berbeda. Misalnya konflik yang terjadi
antara pemerintah dengan warga masyarakat.
*
Konflik horizontal, yaitu konflik yang
terjadi antara kelompok atau individu dalam kelas atau lapisan sosial yang
sama. Misalnya konflik antarsuku, antaretnis, antarras dan sebagainya.
b. Konflik
politik
Yaitu konflik yang terjadi karena adanya perbedaan
kepentingan yang berkaitan dengan kekuasaan. Misalnya konflik kekuasaan yang
terjadidi Thailand.
c. Konflik
ekonomi, yaitu konflik ekonomi yang terjadi karena adanya masalah ekonomi,
misalnya perebutan sumber daya ekonomi dan sebagainya. Contohnya konflik yang
terjadi dalam kepentingan ekonomi antara pengusaha dan buruh.
d. Konflik
budaya, yaitu konflik yang terjadi krena adanya perbedaan kepentingan budaya
budaya dari pihak yang berkonflik. Konflik budaya misalnyakonflik yang terjadi
antara dua kebudayaan yang berbeda.
e. Konflik
ideologi, yaitu konflik yang terjadi akibat adanya perbedaan paham yang
diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang. Konflik ideologi misalnya
konflik yang terjadi antara massa akhmadiah dengan massa FPI.
5. Berdasarkan
Cara Pengolahannya
a. Konflik
interindividu
Merupakan
konflik yang terjadi karena ada kaitan erat dengan emosi individu hingga
tingkat keresahan yang paling tinggi. Konflik ini terjadi didalam diri manusia.
Misalnya seorang hakim yang harus memutuskan perkara untuk adiknya yang
bersalah. Hakim ini akan mengalami konflik peran antara menunjukkan loyalitas
sebagai hakim dan mempertimbangkan adiknya yang jadi tersangka.
b. Konflik
antarindividu
Merupakan
konflik yang terjadi antara seseorang dengan satu orang lainnya. Konflik ini
menyangkut perbedaan pendapat, ide, gagasan, kepentingan, bahkan emosional.
Konflik seperti ini hampir pasti pernah di alami oleh setiap individu.
c. Konflik
antarkelompok
Merupakan
konflik yang terjadi antara kelompok satu dengan kelompok lain. Konflik ini
dapat di jumpai dalam masyarakat. Misalnya konflik yang terjadi antarkampung
F.
Dampak Konflik
Konflik
yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak yang kurang baik.
Konflik akan berakibat positif ketika konflik yang terjadi membawa keuntungan
bagi pihak yang berkonflik. Untuk itu, maka konflik perlu dikelola secara baik
dan benar sehingga dapat meminimalisir dampak negatif konflik.namun, tidak ada
konflik yang tidak membawa akibat bagi masyarakat. Konflik mempunyai dampak dan
akibat baik langsung ataupun tidak langsung, baik positif ataupun negatif.
Dampak
langsung konflik diantarnya rusaknya harta benda, timbulnya korban jiwa,
keretakan hubungan, kemiskinan bertambah, rusaknya sarana dan prasarana dan
sebagainya. Contohnya seperti dampak dari konflik Irak dengan Amerika yang
membawa dampak langsung yang bersifat negatif bagi penduduk Irak.Dampak tidak
langsung dirasakan oleh pihak yang tidak terlibat dalam konflik.
Dampak
terjadinya konflik diantaranya:
1. Aspek
sosial budaya
Dampak
negatif:
§ Memperjelas
jarak sosial
§ Perubahan
kepribadian para individu
§ Dominasi
(apabila kekuatan pihak yang saling bertikai tidak seimbang)
§ Takluknya
salah satu pihak karena dominasi
Dampak
positif:
·
Memperkuat solidaritas internal kelompok
·
Pertentangan dua kubu memunculkan
simpati dari orang/kelompok lain
·
Akomodasi (apabila kekuatan pihak yang
saling bertentangan seimbang)
2. Aspek
hokum
ü Pelanggaran
HAM
ü Masalah
kepemilikan tanah.
3. Aspek
ekonomi dan tata ruang kota
v Kehilangan
lapangan pekerjaan
v Muncul
lapangan kerja baru
v Masalah
daerah kumuh
4. Aspek
kependudukan
Ø Perpindahan
penduduk (karena konflik berkepajangan)
Ø Muncul
masalah sosial lainnya seperti kesehatan, keamanan, ketenagakerjaan, dsb.
5. Aspek
pemerintah dan pelayanan publik
Banyaknya
penduduk yang migrasi memunculkan kepadatan dan kemacetan sehingga berimbas
pada pelayanan publik.
G.
Cara Mengatasi Konflik
1.
Koersi (coersion), yaitu suatu bentuk
akomodasi yang prosesnya dilakukan dengan paksaan. Paksaan merupakan suatu cara
menyelesaikan pertikaian dengan menggunakan paksaan fisik maupun psikologis.
Dalam pelaksanaan akomodasi ini salah satu pihak berada dalam posisi yang
lemah.
2.
Kompromi (compromise), yaitu suatu
bentuk akomodasi yang dilakukan dimana pihak-pihak yang terlibat saling
mengurangi tuntutan agar tercapai penyelesaian dari perselisihan.
3.
Arbitrasi (arbitration), yaitu konflik
yang dihentikan dengan cara mendatangkan pihak ketiga untuk memutuskan dan
kedua belah pihak yang bertikai harus mentaati keputusan tersebut karena
bersifat mengikat.
4.
Mediasi (mediation), yaitu penyelesaian
konflik dengan mengundang pihak ketiga yang bersifat netral dan tidak hanya
berfungsi sebagai penasihat. Keputusan dari pihak ketiga ini tidak mengikat.
5.
Toleransi (tolerantion), yaitu suatu
bentuk akomodasi dimana ada sikap saling menghargai dan menghormati pendirian
masing-masing pihak yang berkonflik. Bentuk akomodasi ini disebut juga
tolerant-participation. Bentuk ini merupakan suatu bentuk akomodasi tanpa
persetujuan formal. Kadang-kadang toleransi timbul secara tidak sadar dan tanpa
direncanakan.
6.
Konversi (convertion), yaitu
penyelesaian konflik apabila salah satu pihak bersedia mengalah dan mau
menerima pendirian pihak lain.
7.
Konsiliasi (consiliation), yaitu suatu
usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih demi
tercapainya suatu persetujuan bersama.
8.
Adjudukasi (adjudication), yaitu suatu penyelesaian konflik melalui
pengadilan.
9.
Stalemate, yaitu suatu keadaan dimana
pihak-pihak yang bertentangan memiliki kekuatan seimbang, namun terhenti pada
suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya karena kedua belah pihak
sudah tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur.
10.
Gencatan senjata, yaitu penangguhan
permusuhan untuk jangka waktu tertentu guna melakukan suatu pekerjaan tertentu
yang tidak boleh diganggu. Misalnya untuk melakukan perawatan bagi yang
luka-luka, mengubur korban tewas, berunding, dan sebagainya.
11.
Segregasi (segregation), yaitu upaya untuk saling
memisahkan diri dan saling menghindar diantara pihak-pihak yang bertentangan
dalam rangka mengurangi ketegangan.
12.
Dispasement, yaitu usaha untuk
mengakhiri konflik dengan mengalihkan perhatian pada objek masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar