A.
Perubahan Sosial
1. Definisi
Perubahan Sosial
Banyak
pengertian yang menjelaskan tentang bagaimana perubahan sosial tersebut terjadi
dalam masyarakat. Hal demikian disebabkan karena tiap-tiap masyarakat mempunyai
kondisi lingkungan sosial budaya dan alam yang berbeda. Beberapa ahli sosiologi
pun mengartikan perubahan sosial berbeda-beda menurut pandangannya
masing-masing. Berikut adalah beberapa pengertian dari perubahan sosial menurut
para ahli.
v John
Lewis Gillin and John Philip Gillin
Menurut
J.L Gillin dan J.P Gillin perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara-cara
hidup yang diterima, yang disebabkan oleh perubahan-perubahan kondisi
geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideology, maupun karena
adanya difusi dan penemuan baru dalam masyarakat tersebut.
v Max
Weber
Berpendapat
bahwa perubahan sosial budaya adalah perubahan situasi dalam masyarakat sebagai
akibat adanya ketidaksesuaian unsur-unsur (dalam buku Sociological Writings).
v W.
Kornblum
Berpendapat
bahwa perubahan sosial budaya adalah perubahan suatu budaya masyarakat secara
bertahap dalam jangka waktu lama (dalam buku Sociology in Changing World).
v Selo
Soemardjan
Selo
Soemardjan mengatakan bahwa perubahan sosial adalah segala perubahan pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi
system sosialnya. Termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola-pola
perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat tersebut.
v Robert
H. Leuser
Robert
mengatakan bahwa perubahan sosial sebagai perubahan dalam segi fenomena sosial
di berbagai tingkat kehidupan manusia, mulai dari tingkat individu
orang-perorangan sampai tingkat dunia.
v Kingsley
Davis
Davis
mengartikan perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam
struktur dan fungsi masyarakat.
v Robert
Mac Iver
Dalam
bukunya “A Textbook of Society” ia mengatakan bahwa perubahan sosial adalah
perubahan-perubahan dalam hubungan-hubungan sosial (social relationship) atau
perubahan terhadap keseimbangan hubungan sosial.
v William
F. Ogburn
William
menyatakan bahwa perubahan sosial mencakup unsur-unsur kebudayaan baik material
atau non material.
Dari
beberapa pengertian diatas, perubahan sosial dapat disimpulkan bahwa perubahan
sosial adalah perubahan yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian diantara
unsur-unsur yang saling berbeda yang ada dalam kehidupan sosial sehingga
menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak serasi fungsinya bagi masyarakat
yang bersangkutan.
2. Karakteristik
Perubahan Sosial
Dengan
memahami definisi perubahan sosial dan budaya di atas, maka suatu perubahan
dikatakan sebagai perubahan sosial budaya apabila memiliki karakteristik
sebagai berikut.
Ø Tidak
ada masyarakat yang perkembangannya berhenti karena setiapmasyarakat mengalami
perubahan secara cepat ataupun lambat.
Ø Perubahan
yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan akan diikuti perubahan pada lembaga
sosial yang ada.
Ø Perubahan
yang berlangsung cepat biasanya akan mengakibatkan kekacauan sementara karena
orang akan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi.
Ø Perubahan
tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau spiritual saja karena keduanya
saling berkaitan.
3. Sebab-sebab
Perubahan Sosial
Menurut
Prof. Soerjono Soekamto ada dua penyebab terjadinya perubahan sosial yaitu
perubahan yang disebabkan oleh masyarakat itu sendiri (intern) dan dari luar
(ekstern).
a) Sebab
Intern
Merupakan
sebab yang berasal dari dalam masyarakat sendiri, antara lain:
§ Dinamika
penduduk, yaitu pertambahan dan penurunan jumlah penduduk di suatu desa.
Pertambahan penduduk akan menyebabkan perubahan pada tempat tinggal. Tempat
tinggal yang semula terpusat pada lingkungan kerabat akan berubah atau
terpancar karena faktor pekerjaan. Berkurangnya penduduk pedesan juga akan
menyebabkan perubahan sosial budaya. Contoh perubahan penduduk adalah program
urbanisasi dan TKI.
§ Adanya
penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat, baik penemuan yang
bersifat baru (discovery) ataupun penemuan baru yang bersifat menyempurnakan
dari bentuk penemuan lama (invention).
§ Munculnya
berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam masyarakat.
b) Sebab
Ekstern
Merupakan
sebab yang berasal dari dalam masyarakat sendiri, antara lain:
ü Adanya
pengaruh bencana alam.
Kondisi
ini terkadang memaksa masyarakat suatu daerah untuk mengungsi meninggalkan
tanah kelahirannya. Apabila masyarakat tersebut mendiami tempat tinggal yang
baru, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam dan lingkungan
yang baru tersebut. Hal ini kemungkinan besar juga dapat memengaruhi perubahan
pada struktur dan pola kelembagaannya.
ü Adanya
peperangan.
Peristiwa
peperangan, baik perang saudara maupun perang antar negara dapat menyebabkan
perubahan, karena pihak yang menang biasanya akan dapat memaksakan ideologi dan
kebudayaannya kepada pihak yang kalah.
ü Adanya
pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Bertemunya
dua kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan perubahan. Jika pengaruh suatu
kebudayaan dapat diterima tanpa paksaan, maka disebut demonstration effect.
Jika pengaruh suatu kebudayaan saling menolak, maka disebut cultural animosity.
Jika suatu kebudayaan mempunyai taraf yang lebih tinggi dari kebudayaan lain,
maka akan muncul proses imitasi yang lambat laun unsur-unsur kebudayaan asli
dapat bergeser atau diganti oleh unsur-unsur kebudayaan baru tersebut.
4. Bentuk-bentuk
Perubahan Sosial
Perubahan
adalah sebuah kondisi yang berbeda dari sebelumnya. Perubahan itu bisa berupa
kemajuan maupun kemunduran.
o
Bila dilihat dari sisi maju dan
mundurnya, maka bentuk perubahan sosial dapat dibedakan menjadi:
i.
Perubahan sebagai suatu kemajuan
(progress)
Perubahan
sebagai suatu kemajuan merupakan perubahan yang memberi dan membawa kemajuan
pada masyarakat. Hal ini tentu sangat diharapkan karena kemajuan itu bisa
memberikan keuntungan dan berbagai kemudahan pada manusia. Perubahan kondisi
masyarakat tradisional, dengan kehidupan teknologi yang masih sederhana,
menjadi masyarakat maju dengan berbagai kemajuan teknologi yang memberikan
berbagai kemudahan merupakan sebuah perkembangan dan pembangunan yang membawa
kemajuan. Jadi, pembangunan dalam masyarakat merupakan bentuk perubahan ke arah
kemajuan (progress).
Perubahan
dalam arti progress misalnya listrik masuk desa, penemuan alat-alat
transportasi, dan penemuan alat-alat komunikasi. Masuknya jaringan listrik
membuat kebutuhan manusia akan penerangan terpenuhi; penggunaan alat-alat
elektronik meringankan pekerjaan dan memudahkan manusia memperoleh hiburan dan
informasi; penemuan alat-alat transportasi memudahkan dan mempercepat mobilitas
manusia proses pengangkutan; dan penemuan alat-alat komunikasi modern seperti
telepon dan internet, memperlancar komunikasi jarak jauh.
ii.
Perubahan sebagai suatu kemunduran
(regress)
Tidak
semua perubahan yang tujuannya ke arah kemajuan selalu berjalan sesuai rencana.
Terkadang dampak negatif yang tidak direncanakan pun muncul dan bisa
menimbulkan masalah baru. Jika perubahan itu ternyata tidak menguntungkan bagi
masyarakat, maka perubahan itu dianggap sebagai sebuah kemunduran.
Misalnya,
penggunaan HP sebagai alat komunikasi. HP telah memberikan kemudahan dalam
komunikasi manusia, karena meskipun dalam jarak jauh pun masih bisa komunikasi
langsung dengan telepon atau SMS. Disatu sisi HP telah mempermudah dan
mempersingkat jarak, tetapi disisi lain telah mengurangi komunikasi fisik dan
sosialisasi secara langsung. Sehingga teknologi telah menimbulkan dampak
berkurangnya kontak langsung dan sosialisasi antar manusia atai individu.
o
Jika dilihat dari proses berlangsungnya,
menurut Soerjono Soekamto perubahan dapat dibedakan menjadi Evolusi dan
Revolusi (perubahan lambat dan perubahan cepat).
a. Evolusi
Evolusi
adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam proses lambat, dalam waktu
yang cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu dari masyarakat yang
bersangkutan. Perubahan-perubahan ini berlangsung mengikuti kondisi
perkembangan masyarakat, yaitu sejalan dengan usaha-usaha masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dengan kata lain, perubahan sosial
terjadi karena dorongan dari usaha-usaha masyarakat guna menyesuaikan diri
terhadap kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan perkembangan masyarakat pada waktu
tertentu. Contoh, perubahan sosial dari masyarakat berburu menuju ke masyarakat
meramu.
b. Revolusi
Revolusi,
yaitu perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Seringkali perubahan revolusi
diawali oleh munculnya konflik atau ketegangan dalam masyarakat,
ketegangan-ketegangan tersebut sulit dihindari bahkan semakin berkembang dan
tidak dapat dikendalikan. Terjadinya proses revolusi memerlukan persyaratan
tertentu, antara lain:
¤
Ada keinginan umum untuk mengadakan
suatu perubahan.
¤
Adanya pemimpin/kelompok yang mampu
memimpin masyarakat tersebut.
¤
Harus bisa memanfaatkan momentum untuk
melaksanakan revolusi.
¤
Harus ada tujuan gerakan yang jelas dan
dapat ditunjukkan kepada rakyat.
¤
Kemampuan pemimpin dalam menampung,
merumuskan, serta menegaskan rasa tidak puas masyarakat dan keinginan-keinginan
yang diharapkan untuk dijadikan program dan arah gerakan revolusi.
Contoh
perubahan secara revolusi adalah peristiwa reformasi (runtuhnya rezim
Soeharto), peristiwa Tsunami di Aceh, semburan lumpur Lapindo (Sidoarjo).
o
Jika dilihat dari ruang lingkupnya,
perubahan sosial dibagi menjadi dua, yaitu perubahan social yang berpengaruh
besar dan perubahan sosial yang berpengaruh kecil.
ü Perubahan
Kecil
Perubahan
kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak
membawa pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti bagi masyarakat. Contoh
perubahan kecil adalah perubahan mode rambut atau perubahan mode pakaian.
ü Perubahan
besar
Perubahan
besar adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang
membawa pengaruh langsung atau pengaruh berarti bagi masyarakat. Contoh
perubahan besar adalah dampak ledakan penduduk dan dampak industrialisasi bagi
pola kehidupan masyarakat.
o
Jika dilihat dari keadaannya, perubahan
sosial dibagi menjadi dua yaitu, perubahan yang Direncanakan dan Tidak
Direncanakan.
§ Perubahan
yang dikehendaki atau direncanakan
Perubahan
yang dikehendaki atau yang direncanakan merupakan perubahan yang telah
diperkirakan atau direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak
melakukan perubahan di masyarakat. Pihak-pihak tersebut dinamakan agent of
change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan
masyarakat untuk memimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan yang
bertujuan untuk mengubah suatu sistem sosial. Contoh perubahan yang dikehendaki
adalah pelaksanaan pembangunan atau perubahan tatanan pemerintahan, misalnya
perubahan tata pemerintahan Orde Baru menjadi tata pemerintahan Orde Reformasi.
§ Perubahan
yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan
Perubahan
yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan merupakan perubahan yang
terjadi di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya
akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan. Contoh perubahan yang tidak
dikehendaki atau tidak direncanakan adalah munculnya berbagai peristiwa
kerusuhan menjelang masa peralihan tatanan Orde Lama ke Orde Baru dan peralihan
tatanan Orde Baru ke Orde Reformasi.
5. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Perubahan Sosial Budaya
Terjadinya
sebuah perubahan tidak selalu berjalan dengan lancar, meskipun perubahan
tersebut diharapkan dan direncanakan. Terdapat faktor yang mendorong sehingga
mendukung perubahan, tetapi juga ada faktor penghambat sehingga perubahan tidak
berjalan sesuai yang diharapkan.
o
Faktor pendorong perubahan Sosial
Faktor
pendorong merupakan alasan yang mendukung terjadinya perubahan. Menurut
Soerjono Soekanto ada sembilan faktor yang mendorong terjadinya perubahan
sosial, yaitu:
Ø Terjadinya
kontak atau sentuhan dengan kebudayaan lain.
Ø Sistem
pendidikan formal yang maju
Ø Sikap
menghargai hasil karya orang dan keinginan untuk maju.
Ø Toleransi
terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang.
Ø Sistem
terbuka dalam lapisan-lapisan masyarakat.
Ø Penduduk
yang heterogen.
Ø Ketidakpuasan
masyarakat terhadap bidang-bidang tertentu
Ø Orientasi
ke masa depan
Ø Nilai
bahwa manusia harus selalu berusaha untuk perbaikan hidup.
o
Faktor penghambat perubahan
Banyak
faktor yang menghambat sebuah proses perubahan. Menurut Soerjono Soekanto, ada
delapan buah faktor yang menghalangi terjadinya perubahan sosial, yaitu:
v Kurangnya
hubungan dengan masyarakat lain.
v Perkembangan
ilmu pengetahuan yang terlambat.
v Sikap
masyarakat yang mengagungkan tradisi masa lampau dan cenderung konservatif.
v Adanya
kepentingan pribadi dan kelompok yang sudah tertanam kuat
v (vestedinterest).
v Rasa
takut terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan dan menimbulkan perubahan
pada aspek-aspek tertentu dalam masyarakat.
v Prasangka
terhadap hal-hal baru atau asing, terutama yang berasal dari Barat.
v Hambatan-hambatan
yang bersifat ideologis.
v Adat
dan kebiasaan tertentu dalam masyarakat yang cenderung sukar diubah.
B.
Aspek-Aspek Perubahan Sosial Pada
Masyarakat Desa
1. Perubahan-perubahan
Khusus
Disini
yang dimaksud dengan aspek-aspek perubahan yaitu menyangkut tentang perubahan
khusus dalam masyarakat desa yang diperkirakan penting untuk memahami kehidupan
masyarakat desa. Hal ini dapat memperdalam pemahaman tentang dinamika kehidupan
desa.
a) Urbanisasi
dan Perkembangan Masyarakat Desa
Urbanisasi,
terlebih dalam artinya sebagai proses pengotaan, adalah suatu bentuk khusus
modernisasi. Dengan kata lain, konsep modernisasi yang sangat luas cakupan
pengertiannya itu mendapatkan bentuknya yang khusus di pedesaan dalam konsep
urbanisasi. Sebagaimana diketahui urbanisasi adalah proses pengotaan (proses
mengotanya suatu desa), proporsi penduduk yang tinggal di desa dan di kota, dan
perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanward migration).
Urbanisasi
dalam arti proses pengkotaan hakekatnya meng gambarkan proses perubahan dari
suatu wilayah dengan masyara katnya yang semula adalah desa atau bersifat
pedesaan kemudian berubah dan berkembang menjadi kota atau bersifat kekotaan.
Dalam kenyataannya secara umum desa memang selalu mengalami peru bahan dan
perkembangan. Cepat-lambatnya atau besar-kecilnya peru bahan dan perkembangan
yang terjadi tergantung pada banyak faktor, antara lain tergantung- kepada
potensi wilayah yang bersangkutan. Perubahan itu secara umum cenderung mengarah
ke sifat-sifat perkotaan. Namun, tidak semua perubahan dan perkembangan yang
terjadi di desa itu dapat disimpulkan sebagai proses pengkotaan (proses
perubahan desa menjadi kota). Proses perubahan itu seringkali hanya merupakan
proses perubahan biasa saja, yang hakekatnya secara umum terjadi di semua
kelompok masyarakat. Menurut Roland L. Warren, proses perubahan yang
menunjukkan terjadinya metamor pose dari desa menjadi kota hanya dapat disimak
lewat adanya gejala yang disebut great change.
Indikator dari adanya
great change ini adalah:
a.
Division of labor, yakni bila pada desa
itu telah menunjukkan tumbuh dan berkembangnya kelompok-kelompok kerja yang
berbeda-beda tetapi saling ada ketergantungan atau jalinan.
a.
Munculnya diferensiasi kepentingan dan
asosiasi.
b.
Semakin bertam bahnya hubungan yang
sistemik dengan masyarakat yang lebih luas.
c.
Muncul dan berkembangnya fenomena
birokratisasi dan imperso nalisasi dalam kegiatan usaha;
d.
Pengalihan fungsi-fungsi ke lembagaan
bidang usaha yang menguntungkan.
e.
Adanya proses penerapan gaya hidup
perkotaan.
f.
Adanya proses perubahan nilai-nilai
(Roland L. Warren, 1963: 54).
Yang sering diulas
dalam berbagai pembahasan adalah konsep urbanasasi dalam artian pergeseran
penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi dalam artian ini banyak diulas berkaitan
dengan kerugian- kerugian yang dialami desa jika penduduknya bermigrasi ke
kota. Desa akan kehilangan para penduduknya dan itu menyebabkan desa semakin
sulit berkembang. Disamping itu ada pula gejala urbanisasi yang tidak permanen.
Artinya, para migran tersebut tidak secara permanen menetap di kota. Jika tidak
ada peluang lagi bekerja di kota, mereka akan kembali ke desa. Di desapun meski
mereka lebih merasakan sebagai seorang warga desa, namun selalu siap untuk
bergerak ke kota apabila menemukan peluang pekerjaan di kota.
b) Perubahan
Kultural
Perubahan kultural (kebudayaan) adalah perubahan
kebudayaan masyarakat desa dari pola tradisional menjadi bersifat modern. Dalam
hal ini yang dimaksud adalah kebudayaan desa yang awalnya bersifat tradisional
mulai dari alat yang digunakan, ideologi, pendidikan, sedikit demi sedikit
menjadi berkembang ke arah yang lebih modern.
Yang
menjadi titik tolak utama pengertian pola kebudayaan tradisional adalah yang
dikemukakan oleh Paul H. Landis an Everett M. Rogers. Seperti telah diuraikan
dalam bab tersebut, nurut Paul H. Landis keberadaan pola kebudayaan tradisional
tentukan oleh tiga faktor. Ketiga faktor itu adalah:
§ Sejauh
mana ketergantungan masyarakat terhadap alam,
§ Bagaimana
tingkat teknolo gi nya.
§ Bagaimana
sistem. produksinya.
Pola
kebudayaan tradisio nal akan tetap eksis apabila masyarakat desa memiliki
ketergantungan yang sangat besar terhadap alam, namun dengan tingkat teknologi
yang tinggi, dan produksi yang hanya ditujukan untuk memenuhi kebu tuhan
keluarga. Ini berarti bahwa apabila ketergantungan terhadap alam berkurang atau
bahkan hilang, tingkat teknologinya tinggi, dan produksi ditujukan untuk
mengejar keuntungan (profit orientecl), maka kebudayaan tradisional menjadi
kehilangan dasar eksistensinya Dan hal tersebut menunjukkan perubahan cultural
pada masyarakat desa yang sudah terlihat. Selain hal tersebut meningkatnya
teknologi pada masyarakat desa juga menunjukkan semakin berubahnya kebudayaan
di desa. Ynag awalnya menggunakan alat pertanian yang sederhana, sekarang mulai
maju dengan menggunakan teknologi-teknologi modern. Hal ini tidak buruk karena
dapat semakin memajukan desa kearah modern. Akan tetapi masih ada kendala dalam
memajukan desa kea rah modern. Hal ini disebabkan karena cara hidup modern
menuntut biaya tinggi. Sebaliknya, cara hidup tradisional adalah merupakan cara
hidup yang relatif murah. Oleh karena itu, sekalipun misalnya penduduk telah
mendapatkan dan menyerap pengetahuan baru dan budaya modern, namun pengaruhnya
hanya sebatas sikap dan pandangan hidup saja. Mereka tidak memiliki kemampuan
untuk menerapkan gagasan hidup modern karena masalah struktural, yakni karena
mereka termasuk golongan miskin yang rendah tingkat keberdayaannya.
c) Perubahan Struktural
Senada
dengan uraian tentang perubahan kebudayaan di atas, bagian ini juga mencoba
mengungkapkan perubahan struktur masya rakat desa yang menjadi semakin bersifat
kompleks.
Struktur
adalah bagaimana bagian-bagian dari sesuatu berhubungan satu dengan lain atau
bagaimana sesuatu tersebut disatukan. Struktur adalah sifat fundamental bagi
setiap sistem. Identifikasi suatu struktur adalah suatu tugas subjektif, karena
tergantung pada asumsi kriteria bagi pengenalan bagian-bagiannya dan hubungan
mereka. Karenanya, identifikasi kognitif suatu struktur berorientasi tujuan dan
tergantung pada pengetahuan yang ada.
d) Perubahan
Lembaga dan Kelembagaan
Lembaga
adalah sebagai wahana untuk memenuhi kebutuhan dalam suatu masyarakat. Dalam
kaitan ini kelembagaan adalah sebagai wujud dari suatu tindakan bersama
(Collective action). Jadi jika suatu masyarakat menginginkan suatu kebutuhan
baru dan beragam maka secara otomatis lembaga lama akan tidak berfungsi lagi.
Seperti
telah dijelaskan di atas, secara umum lembaga diartikan sebagai wahana untuk
memenuhi kebutuhan yang ada dalam suatu masyarakat. Kelembagaan dalam kaftan
ini adalah tindakan bersama (collective action) yang memiliki pola atau tertib
yang jelas dalam upaya untuk mencapai tujuan atau kebutuhan tertentu. ini berarti
bahwa kelembagaan yang ada dalam suatu masyarakat eksistensinya ditentukan oleh
sifat dan ragam kebutuhan yang ada dalam suatu masyarakat. Dengan demikian
apabila dalam masyarakat muncul kebutuhan-kebutuhan baru yang semakin meluas
dan bera gam, maka lembaga-lembaga lama menjadi kurang dapat berfungsi. Sebagai
konsekuensinya, lembaga-lembaga baru yang instrumental bagi pemenuhan kebutuhan
baru itu semakin dituntut keberadaannya. Munculnya lembaga-lembaga baru di
desa-desa belum tentu rupakan tanggapan dari kebutuhan-kebutuhan baru yang
berkemba ng di tengah masyarakat itu. Lembaga-lembaga baru dapat saja muncul
berdasarkan program-program pembangunan yang diadakan oleh Pemerintah. Sebagai
contoh di Indonesia terdapat seiurnfah mbaga baru seperti LSD/LKMD, BUD, KUD,
LMD, BPD, dan bagainya. Badan-badan lain di luar Pemerintah juga ikut menyum
bang hadirnya lembaga-lembaga baru itu, seperti misalnya berbagai lembaga dari
berbagai LSM yang bergerak di pedesaan.
e) Perubahan
dan Pembangunan dalam Bidang Pertanian
Perubahan
dan pembangunan di bidang pertanian tidak lepas dari perubahan yang ada di
dunia ini khususya dalam IPTEK dan teknologi yang menunjang peningkatan dalam
sektor pertanian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar