A.
Pengertian Perubahan Sosial
Perubahan
sosial adalah proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat serta semua
unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial, dimana semua tingkat kehidupan
masyarakat di pengaruhi oleh unsur-unsur eksternal meninggalkan pola kehidupan,
budaya, dan sistem sosial lama kemudian menyesuaikan diri atau menggunakan
pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial yang baru.
Perubahan
sosial terjadi ketika ada kesediaan anggota masyrakat untuk meniggalkan
unsur-unsur budaya dan sistem sosial
lama dan mulai beralih menggunakan unsur-unsur budaya dan sistem sosial yang baru. Seluruh
kehidupan masyarakat baik pada tingkatan individual, kelompok, Negara, dan
dunia yang mengalami perubahan.
Hal-hal
penting dalam perubahan sosial menyangkut aspek-aspek sebagai berikut, yaitu:
perubahan pola pikir masyarakat, perubahan prilaku masyrakat .
B.
Beberapa Bentuk Perubahan Sosial dan
Kebudayaan
Perubahan
sosial dan kebudayaan dapat dibedakan kedalam beberapa bentuk, yaitu:
a. Perubahan
Lambat dan Perubahan Cepat
Perubahan
secara lambat ini yang memerlukan waktu yang sangat lama, dan rentetan-rentetan
perubahan yang kecil yang saling mengikuti dengan lambat di namakan evolusi. Pada evolusi perubahan
terjadi dengan sendirinya tanpa
rencana atau kehendak tertentu. Perubahan tersebut terjadi karena usaha
masyarakat untuk menyesuaikan diri
dengan keperluan-keperluan,
keadaan-keadaan, dan kondisi-kondisi baru, yang timbul sejalan dengan pertumbuhan
masyarakat. Sedangkan perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat dan
menyangkut dasar-dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat (yaitu
lembaga-lembaga kemasyrakatan lazimnya disebut ‘revolusi’).
b. Perubahan
Kecil dan Perubahan Besar
Perubahan
kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang Tidak membawa pengaruh
langsung atau pengaruh yang berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan kecil
adalah perubahan mode rambut atau perubahan mode pakaian.
Perubahan
besar adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang
membawa pengaruh langsung atau pengaruh berarti bagi masyarakat. Contoh
perubahan besar adalah dampak ledakan penduduk dan dampak industrialisasi bagi
pola kehidupan masyarakat.
c. Perubahan
yang Dikehendaki atau Direncanakan dan Perubahan yang Tidak Dikehendaki atau
Tidak Direncanakan.
Perubahan
yang dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan yang diperkirakan atau
yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan didalam masyrakat.
Perubahan ini dibuat oleh masyarakat sendiri
yang menginginkan perubahan tersebut.
Sedangkan perubahan sosial yang tidak dikehendaki atau direncanakan merupakan
perubahan-perubahan yang terjadi tanpa
terjadi tanpa dikehendaki, berlangsung diluar jangkauan dan pengawasan
masyarakat dan dapat menyebabkan
timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat. Dan apabila
perubahan yang tidak direncanakan
tersebut berlangsung bersamaan dengan suatu perubahan yang dikehendaki,
perubahan tersebut mungkin mempunyai pengaruh yang demikian besarnya terhadap
perubahan-perubahan yang dikehendaki. Dengan demikian keadaan tersebut tidak
mungkin diubah tanpa mendapat halangan-halangan masyarakat itu sendiri, atau dengan kata lain, perubahan
yang dikehendaki lebih diterima oleh masyarakat dengan cara mengadakan
perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyakatan yang ada atau dengan cara
membentuk yang baru. Sering kali terjadi perubahan yang dikehendaki bekerja
sama dengan perubahan yang tidak dikehendaki dan kedua proses tersebut saling
menghargai.
C.
Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perubahan
Sosial dan Budaya
a) Sebab
yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri diantaranya:
·
Bertambah dan berkurangnya penduduk
·
Penemuan-penemuan baru
·
Pertentangan-pertentangan dalam
masyarakat
·
Terjadinya pemberontakan atau revolusi
didalam tubuh masyarakt itu sendiri
b) Sebab-sebab
yang berasal dai luar masyarakat
§ Sebab-sebab
yang berasal dari lingkungan fisik yang
ada disekitar manusia
§ Peperangan
dengan negara lain
§ Pengaruh
kebudayan masyrakat lain.
D.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jalannya
Proses Perubahan
a. Faktor-faktor
yang mendorong jalannya proses perubahan
v Kontak
dengan kebudayaan lain
v Sistem
pendidkan yang maju
v Sikap
menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju
v Sistem lapisan masyarakat yang terbuka
b. faktor-faktor
yang mengahambat terjadinya perubahan
Ø Kurangnya
hubungan dengan masyarakat lain
Ø Perkembangan
ilmu pengetehuan yang terlambat
Ø Sikap
masyarakat yang tradisonalistis dan sikap pasrah masyarakat
E.
Proses Perubahan Sosial Budaya
Konsep-konsep
penting dalam proses perubahan sosial antara lain internalisasi
(internalization), sosialisasi (socialization), dan enkulturasi
(enculturation). Kemudian ada juga evolusi kebudayaan (cultural evolution) yang
mengamati perkembangan kebudayaan manusia dari bentuk yang sederhana hingga
bentuk yang semakin lama semakin kompleks. Serta juga ada difusi (diffusion)
yaiu penyebaran kebudayaan secara geografi, terbawa oleh perpindahan
bangsa-bangsa di muka bumi. Proses lain adalah proses belajar unsur-unsur
kebudayaan asing oleh warga suatu masyarakat, yaitu proses akulturasi
(acculturation) dan asimilasi (assimilation). Akhirnya ada proses pemabaharuan
atau inovasi (innovation), yang berhubungan erat dengan penemuan baru
(discovery dan invention).
1) Proses
Belajar Kebudayaan Sendiri
Proses
internalisasi adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup individu, yaitu
mulai saaat ia dilahirkan sampai akhir hayatnya. Sepanjang hayatnya seorang
individu terus belajar untuk mengolah segala perasaan, hasrat, nafsu dan emosi
yang membentuk kepribadiannya. Perasaan pertama yang diaktifkan dalam
kepribadian saat bayi dilahirkan adalah rasa puas dan tak puas, yang
menyebabkan ia menangis.
Proses
sosialisasi, semua pola tindakan individu-individu yang menempati berbagai
kedudukan dalam masyarakatnya yang dikumpai seseorang dalam kehidupannya
sehari-hari sejak ia dilahirkan. Para individu dalam masyarakat yang
berbeda-beda juga mengalami proses sosialisasi yang berbeda-beda, karena proses
itu banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan serta lingkungan sosial yang
bersangkutan. Penelitian dilapangan telah dapat menghasilkan pengumpulan bahan
mengenai adat istiadat pengasuhan anak, kebiasaan-kebiasaan dalam kehidupan
seksual, dan riwayat hidup yang rinci dari sejumlah individu.individu-individu
yang mengalami berbagai hambatan dalam proses internalisasi, sosialisasi atau
enkulturasinya, sehingga individu seperti itu mengalami kesukaran dalam
menyesuaikan kepribadiannya dengan lingkungan sosial sekitarnya.
2) Proses
Evolusi Sosial
Proses
Mikroskopik dan Makroskopik Dalam Evolusi Sosial. Proses evolusi dapat
dianalisa secara mendetail (makroskopik) tetapi dapat dilihat secara
keseluruhan, dengan hanya memperhatikan perubahan-perubahan besar yang telah
terjadi (makroskopik). Proses evolusi sosial budaya secara makroskopik yang
terjadi dalam suatu jangka waktu yang panjang, dalam antropologi disebut
”Proses-proses pemberi arah”, atau directional proses.
Proses-proses
berulang dalam evolusi sosial budaya. Dalam antropologi, perhatian terhadap
proses-proses berulang dalam evolusi sosial budaya baru timbul sekitar tahun
1920 bersama dengan perhatian terhadap individu dalam masyarakat.
Dalam
meneliti masalah ketegangan antara adat istiadat yang berlaku dengan kebutuhan
yang dirasakan oleh beberapa individu dalam suatu masyarakat, perlu
diperhatikan dua konsep yang berbeda, yaitu (1) kebudayaan sebagai kompleks
dari komsep norma-norma, pandangan-pandangan, dan sebagainya, yang bersifat
abstrak (yaitu sistem budaya), dan (2) kebudayaan sebagai serangkaian tindakan
yang konkrit, dimana para individu saling berinteraksi (yaitu sistem sosial).
Kedua sistem tersebut sering saling bertentangan, dan dengan mempelajari
konflik-konfliks yang ada dalam setiap masyarakat itulah dapat diperoleh
pengertian mengenai dinamika masyarakat pada umumnya.
3) Proses
Difusi
Penyebaran
manusia dalam Ilmu paleoantropologi memperkirakan bahwa makhluk manusia yang
pertama hidup didaerah sabana beriklim tropis di Afrika Timur. Manusia sekarang
telah menduduki hampir seluruh muka bumi dengan berbagai jenis lingkungan iklim
yang berbeda-beda. Hal itu hanya mungkin terjadi dengan proses
pengembangbiakan, migrasi, serta adaptasi fisik dan sosial budaya, yang
berlangsung beratus ratus ribu tahun lamanya.
Penyebaran
unsur-unsur kebudayaan. Bersama dengan penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok
manusia, turut tersebar pula berbagai unsur kebudayaan. Sejarah dari proses
penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang disebut proses difusi itu merupakan salah
satu objek penelitian ilmu antropologi, terutama sub ilmu antropologi
diakronik. Proses difusi dari unsur-unsur kebudayaan antara lain diakibatkan
oleh migrasi bangsa-bangsa yang berpindah dari suatu tempat ketempat lain
dimuka bumi.
Penyebaran
unsur-unsur kebudayaan dapat juga terjadi tanpa ada perpindahan
kelompok-kelompok manusia atau bangsa-bangsa, tetapi karena unsur-unsur
kebudayaan itu memang sengaja dibawa oleh individu-individu tertentu, seperti
para pedagang dan pelaut. Bentuk difusi yang terutama mendapat perhatian
antropologi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang berdasarkan
pertemuan-pertemuan antara individu-individu dari berbagai kelompok yang
berbeda.
4) Akulturasi
Dan Asimilasi
Akulturasi
yaitu Proses sosial yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu
kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing
sehingga unsur-unsur asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam
kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu.
Kalau
masalah-masalah mengenai akulturasi kita ringkas, akan tampak 5 golongan
masalah, yaitu :
ü Masalah
tentang metode-metode untuk mengobservasi, mencatat, dan melukiskan suatu
proses akulturasi dalam suatu masyarakat.
ü Masalah
tentang unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah dan tidak mudah diterima oleh
suatu masyarakat.
ü Masalah
tentang unsur-unsur kebudayaan yang mudah dan tidak mudah diganti atau diubah
oleh unsur-unsur kebudayaan asing.
ü Masalah
mengenai jenis-jenis individu yang tidak menemui kesukaran dan cepat diterima
unsur kebudayaan asing, dan jenis-jenis individu yang sukar dan lamban dalam
menerimanya.
ü Masalah
mengenai ketegangan-ketegangan serta krisis-krisis sosial yang muncul akibat
akulturasi.
Dalam
meneliti jalannya suatu proses akulturasi, seorang peneliti sebaiknya
memperhatikan beberapa hal, yaitu :
*
Keadaan sebelum proses akulturasi
dimulai.
*
Para individu pembawa unsur-unsur
kebudayaan asing.
*
Saluran-saluran yang dilalui oleh
unsusr-unsur kebudayaan asing untuk masuk kedalam kebudayaan penerima.
*
Bagian-bagian dari masyarakat penerima
yang terkena pengaruh.
*
Reaksi para individu yang terkena
unsur-unsur kebudayaan asing.
Asimilasi
Adalah suatu proses sosial yang terjadi pada berbagai golongan manusia dengan
latar belakang kebudayaan yang berbeda setelah mereka bergaul secara intensif,
sehingga sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan golongan-golongan itu
masing-masing berubah menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.
Dari
berbagai proses asimilasi pernah diteliti, diketehui bahwa pergaulan intensif
saja belum tentu mengakibatkan terjadinya suatu proses asimilasi, tanpa adanya
toleransi dan simpati antara kedua golongan.
5) Pembaruan
( inovasi )
Inovasi
adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi, dan
modal serta penataan kembali dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru,
sehingga terbentuk suatu sistem produksi dari produk-produk baru. Suatu proses
inovasi tentu berkaitan penemuan baru
dalam teknologi, yang biasanya merupakan suatu proses sosial yang melalui tahap
discovery dan invension.
Pendorong
penemuan baru. Faktor-faktor yang menjadi pendorong bagi seorang individu untuk
memulai serta mengembangkan penemuan baru adalah (1) kesadaran akan kekurangan
dalam kebudayaan; (2) mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan; (3) sistem
perangsang bagi kegiatan mencipta. Penemuan baru sering kali terjadi saat ada
suatu krisis masyarakat, dan suatu krisis terjadi karena banyak orang merasa
tidak puas karena mereka melihat kekurangan-kekurangan yang ada di
sekelilingnya.
Dengan
demikian proses inovasi itu merupakan suatu proses evolulusi juga. Bedanya
ialah bahwa dalam proses inovasi para
individu berperan secara aktif, sedangkan dalam proses evolusi para individu
itu pasif, bahkan seringkali negatif.
F.
Perubahan Dan Fenomena Sosial
Logis
sekali kalau contoh-contoh penerimaan perubahan paling besar bila unsur
perubahan itu merupakan akibat dari kebutuhan di dalam masyarakat itu sendiri.
Ini dapat merupakan usaha suatu masyarakat, untuk beradaptasi secara ekonomis
dengan revolusi teknologi yang melanda seluruh dunia, meskipun dampak perubahan
itu mungkin terasa dalam masyarakat seluruhnya. Perubahan peranan wanita di
Afrika, atau sebenamya juga di Amerika Serikat, dapat dianggap sebagai contoh
perubahan seperti itu. Akan tetapi, perubahan sering dipaksakan dari luar
kebudayaan, biasanya oleh kolonialisme melalui penaklukan.
Perubahan
kebudayaan selain terjadi karena adanya mekanisme perubahan seperti yang telah
dijelaskan di atas, bisa juga terjadi karena adanya perubahan secara paksa.
Bentuk-bentuk perubahan kebudayaan secara paksa adalah kolonialisme.
Penaklukan, pemberontakan dan revolusi.
Kolonilasme dan penaklukan biasanya
ditandai oleh kemenangan militer Negara penjajah/penakluk dan pemindah tanganan
kekuasaan politik tradisional ke tangankolonial/penakluk. Penduduk asli yang
ditaklukkan tidak mampu menolak perubahan yangdipaksakan. Kegiatan-kegiatan
tradisional di bidang ekonomi, politik, agama, sosial dibatasi
dan
dipaksa untuk melakukan kegiatan-kegiatan baru yang cenderung mengisolasikan
individu dan merusak integrasi sosialnya. Perubahan kebudayaan secara paksa
melalui kolonialisme dan penaklukan terjadi pada abad ke-19 sampai awal abad
ke-20. Politik kolonilalisme dikembangkan oleh negara-negara, seperti Belanda,
Portugal, Inggris, Perancis,Spanyol dan Amerika serikat.Tidak mengherankan jika
unsur-unsur budaya negara penjajahsampai sekarang masih ditemukan dan diterapkan
di negara-negara bekas jajahan. Unsur-unsur bahasa, agama, system politik
negara colonial dapat ditemukan di negara bekas jajahannya.
Apabila
kolonialisme dan penaklukan merupakan bentuk perubahan kebudayaan secara paksa
yang berasal dari luar, maka pemberontakan dan revolusi dapat timbul dari dalam
masyarakat itu sendiri. Pemberontakan dan revolusi muncul karena
kondisi-kondisi yang dianggap kurang menguntungkan bagi sebagian besar
masyarakat. Kondisi yang dimaksud bisa berupa ketidak adilan dalam distribusi
(kekayaan/material dan kekuasaan), munculnya perasaan benci pada kelompok yang
dianggap sebagai penindas dan hilangnya kepercayaan penguasa. Menurut Haviland
(1988: 268) terdapat lima kondisi sebagai pencetus timbulnya pemberontakan dan
revolusi, yaitu: (1) hilangnya kewibawaan pejabat-pejabat yang kedudukan-nya
mantap, sering sebagai kegagalan politik luar negeri, kesulitan keuangan,
pemecatan menteri yang popular, atau perubahan kebijakan yang popular, (2)
Bahaya terhadap kemajuan ekonomi yang baru dicapai. Di Perancis dan Rusia,
golongan penduduk, golongan profesi dan pekerja di kota-kota yang nasib
ekonominya mengalami perbaikan sebelumnya, tertimpa oleh kesulitan-kesulitan
yang tidak terduga-duga, seperti tajamnya kenaikan pangan dan pengangguran, (3)
Ketidak tegasan pemerintah, seperti kebijaksanaan yang tidak konsisten.
Pemerintah yang demikian itu kelihatannya seperti dikendalikan dan tidak
mengendalikan peristiwa, (4) Hilangnya dukungan dari kelas cendekiawan.
Kehilangan seperti itu oleh pemerintah-pemerintah prarevolusi di Perencis
danRusia menyebab-kan pemerintah kehilangan dukungan falsafahnya, yang
menyebabkan mereka kehilangan popularitas dilingkungan cendekiawan, (5)
Pemimpin atau kelompok pemimpin yang memiliki kharisma cukup besar untuk
menggerak kan sebagian besar rakyat ,melawan pemerintah.
Kelima
kondisi di atas dapat dijadikan sebagai acuan untuk menganalisis perubahan
kebudayaan melalui pemberontakan dan revolusi yang terjadi di Indonesia pada
tahun 1997-1998 (masa reformasi). Pada saat itu Presiden Soeharto, kabinet
serta kroninya sudah kehilangan kewibawaan di mata rakyatnya, karena dianggap
gagal membenahi persoalan ekonomi politik yang terjadi. Tingkat inflasi yang
tinggi, korupsi, kolusi dan nepotisme yang merajalela mengakibatkan kehidupan
rakyat semakin sengsara. Rakyat semakin tidak percaya dengan rezim orde baru.
Kalangan cendekiawan dan akademisi mulai mencabut dukungannya serta menuntut
untuk segera mundur. Munculnya pemimpin informal yang kharismatik, seperti Amin
Rais, Gus Dur, Megawati Soekarnoputri,
Hamengkubuwono X yang memiliki pengaruh besar untuk menggerakkan rakyat.
Dimotori oleh gerakan mahasiswa dan didukung oleh pemimpin karismatik, akhirnya
terjadilah perubahan besar-besaran diIndonesia yang diawali dengan mundurnya
Soeharto dari jabatan Presiden pada 21 Mei 1998.
Salah
satu produk sampingan kolonialisme adalah tumbuhnya antropologi terapan dan
digunakannya teknik dan pengetahuan antropologi untuk keperluan
"praktis”.Dengandemikian, tidak salah bila antropologi Inggris sering
dipandang sebagai "hamba" politik kolonial negara tersebut, karena
mereka umumnya dipaksa menyediakan informasi yangberguna untuk tetap
mempertahankan kekuasaan pemerintahan kolonial di daerah jajahannya. Di Amerika
Serikat, para ahli antropologi dari abad-19 sangat mendambakan kegunaan
disiplin mereka, dan tidak jarang mereka
turun tangan membantu orang-orang Indian Amerika, tempat mereka bekerja. Awal
abad ini, karya Franz Boas, yang hampir seorang diri melatih satu generasi ahli
antropologi di Amerika Serikat, telah membantu pemerintah untuk mengubah
politik imigrasi negara tersebut.Dalam tahun 1930-an para ahli antropologi
menanggapi sejumlah studi yang dilakukan di lingkungan industri dan
lembaga-lembaga lainnya, untuk tujuan-tujuan terapan.Timbulnya Perang Dunia II
timbullah pekerjaan-pekerjaan khusus di bidang administrasi kolonial di luar
perbatasan nenua Amerika,khususnya di daerah Pasifik, yang dikerjakan oleh
pegawai-pegawai yang telah mendapat latihan di bidang antropologi.
Timbulnya
kebangkitan orang-orang Jepang untuk melawan tentara sekutu jugadisebabkan oleh
pengaruh dari para ahli antropologi dalam menentukan struktur pendudukanAmerika
Serikat. Eksperimen-eksperimen Amerika Utara yang dimaksudkan untuk memadu
kebudayaan kolonial dengan struktur pribumi dengan kekacauan yang sekecil
mungkin, jugatelah berhasil.Meskipun banyak di antara studi itu diakui memang untuk
kepentingan sandimiliter, akan tetapi itu semua juga bermanfaat untuk program
pengembangan ilmu pengetahuan.
Akan
tetapi, seperti yang tercermin dalam beberapa kepustakaan awal tentang hubungan
antara bangsa-bangsa Eropa dengan kelompok-kelompok penduduk asli, tidak
mengandung pengertian antropologis dan sering tidak ada perikemanusiaan sama
sekali.Pertemuan antara kolonialis dengan penduduk pribumi di beberapa tempat
sering mengakibatkan kematian besar-besaran, kesengsaraan yang memilukan, dan
keruntuhan komunitas atau yang lebih dikenal sebagai "kerusakan
kebudayaan" (culture crash).Keruntuhan tradisi komunitas seperti di atas
yang ditandai dengan terjadinya khaos atau ketidakstabilan sosial dan kecemasan
setiap individu, sering diikuti dengan terjadinya pendudukan kolonial.Ini sama
sekali tidak berarti, bahwa masyarakat tradisional itu tidak mengenal bentrokan
sebelum berhubungan dengan peradaban lain, tetapi berarti bahwa
pertentangan-pertentangan tersebut dapat diatasi melalui lembaga-lembaga kebudayaanya.
Kebudayaan
asli pada awal-awal terjadinya pendudukan umumnya berantakan,karena
lembaga-lembaga tradisional yang diciptakan untuk mengatasi ketegangan atau
pertentangan diantara masyarakat pendukung sebuah kebudayaan tidak
diperbolehkan oleh para penguasa kolonial untuk menangani perubahan baru yang
cepat dan tidak pada tempatnya dalam konteks sistem tradisional itu.Perubahan
yang terlalu cepat dalam system nilai, misalnya, menyebabkan bagian-bagian lain
dari kebudayaan menjadi ketinggalan.
Kadang-kadang
penduduk pribumi memperlihatkan kekuatan dan daya tahan yang besar dalam menghadapi dominasi Eropa, dimana
mereka menemukan dan melakukan cara-cara yang kreatif dan cerdik untuk
mengkounternya. Penduduk yang dimaksud orang-orangTrobriand yang berada di
bawah pemerintahan kolonial Inggris. Para misionaris suatu ketikamemperkenalkan
sebuah permainan tradisional Inggris bernama “cricket” kepada masyarakat
Trobriand yang menjadi daerah jajahan negaranya. Akan tetapi, semua penduduk
berusaha dan sepakat untuk membendung masuknya permainan Inggris secara utuh
dengan menjadikannya sebagai suatu pertandingan yang benar-benar bersifat
Trobriand.Tidak"primitif" dan juga tidak terlalu sesuai dengan bentuk
aslinya di Inggris.Cricket ala Trobriand yang kreatif ini disejajarkan dengan
kegiatan-kegiatan yang khas, yang tetap mempertahankan pentingnya
pandangan-pandangan pokok dalam kebudayaan pribumi itu.Semua orang yang
berkepentingan dengan permainan itu kelihatan gembira dan bangga, dan para
pemainnyasama semangatnya untuk memamerkan siapakah diantara mereka itu mampu
mencetak nilai.Mulai dari mengecat mukanya sebagai tanda persiapan untuk
bermain, nyanyian tim yang membawakan lagu-lagu yang bernada "kasar",
tari-tarian rombongan yang saling member semangat, tidak dapat diragukan lagi,
bahwa setiap pemain bermain demi kepentingannya sendiri, demi kemasyhuran
timnya, dan demi ratusan gadis-gadis cantik yang biasanya menonton pertandingan
itu.
Kasus-kasus
akulturasi yang paling ekstrim biasanya terjadi sebagai akibat dari kemenangan
militer dan pemindahtanganan kekuasaan politik tradisional ke tangan
parapenakluk, yang tidak mengetahui apa-apa tentang kebudayaan yang mereka
kuasai.Rakyatpribumi, yang tidak mampu menolak perubahan-perubahan yang
dipaksakan, karena kegiatan-kegiatan tradisional mereka di bidan sosial, agama
dan ekonomi juga turut dibatasi, sehingga mereka dengan terpaksa melakukan
kegiatan-kegiatan baru yang cenderung mengisolasikan individu dan
mengoyak-koyak integrasi sosialnya.
Sistem perbudakan di Amerika Serikatpada
masa kolonialnya, merupakan contoh yang paling terkenal, yang memberi
penjelasan tentang masalah hubungan antar-ras yang dahulu dikemas dalam istilah
"inferioritas rasial."Perlu juga saya kemukakan di sini, bahwa sistem
perbudakan yang terjadi di Amerika pada awalnya tidak hanya terjadi di Amerika
Serikat saja, tetapi juga hingga ke negara-negara bagian, seperti di
daerah-daerah perkebunan di Kepulauan Karibia dan di daerah-daerah pantai
Amerika Selatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar